Kata siapa surga itu ada disini? Hah?! Itu semua omong kosong belaka. Bualan para pemimpi dan pencari yang lari dari kenyataan. Bukan, bukan surga yang ada disini. Tapi, neraka itu ada disini. Ya. Itu kata mereka.
Disini. ditempat ini, mereka menganggap neraka itu pasti disini. Ditempat ini, dimana tubuh sekaratku tergeletak lunglai diatas lantai. Dimana tubuh teman-teman ku yang kami semua merasa bahwa darah yang mengalir dalam masing-masing tubuh kami sehingga daging-daging yang juga berada didalamnya dapat bergerak, bekerja dan lebih tepatnya hidup adalah darah yang sama satu sama lain. Namun, itu semua sudah lewat atau lebih tepatnya kejadian masa lampau karena sekarang teman-temanku bukan lagi manusia. Meskipun mereka berada disebelahku, tetap saja mereka bukan lagi manusia karena sudah tak bernyawa. Ya, silahkan saja bilang mayat kalau kau tidak ingin ambil pusing!
Sebenarnya, kami semua adalah para pemimpi dan pencari yang lebih memilih untuk menjadi petualang-petualang tangguh yang tiap detiknya selalu melalang buana ke seluruh pembuluh-pembulu dunia. Hingga akhirnya, kami semua merasa bahwa kami lah pemilik, penguasa yang bisa melakukan apa-apa seenak perut kami di atas dunia. Ya, kami lah penguasa dan karena itu wajar bagi penguasa untuk memandang rendah norma, meludahi tata karma dan menganggap remeh materi. Kami-kami ini adalah pengendali atau manusia-manusia yang bebas dan lepas. Jika diibaratkan, kami-kami ini adalah raja-raja yang mempunyai tongkat ajaib yang berisi nilai dan sihir apresiasi.
Tapi, kau boleh saja berkata bahwa kami ini hanya segelintir berandalan yang hidup terlalu lama di jalanan. Karena, aku yakin dengan cara kau memandang dandanan kami yang menyeramkan, jubah-jubah bercahaya berupa gambar atau tulisan yang tertera dikulit kami dengan permanen, busana seadanya yang dipenuhi sobekan akibat termakan waktu, rantai-rantai, gelang dan giwang pasti juga akan mendukung pikiranmu untuk berfikir seperti itu.
Tapi kau jangan salah! Silahkan saja berfikiran bahwa kami cuma gembel. Tapi jangan membuat kami tersinggung dengan menganggap kami pengemis. Bisa fatal akibatnya jika kami tersinggung dengan anggapan seperti itu. Karena tidak ada penguasa yang akan terima dengan anggapan seperti itu. Terlepas dari itu, kami memang tidak pernah memohon atau mengais-ngais rasa kasihan dari mu atau orang lain. Percayalah, bahwa kami memang penguasa. Karena sebentar lagi kau akan mengetahui betapa kehebatan kami melebihi mu bahkan melampaui penguasa asli negri ini sekalipun. Nah, bukankah kata-kata ku barusan sudah cukup menggambarkan kehebatan kami? Jika kau cukup pintar, aku yakin kau pasti mengerti.
Oh, tentu tidak apa-apa jika kau tidak sepintar yang ku harapkan. Aku dengan senang hati merelakan diri untuk menceritakan. Mari kita bicarakan kehebatan seorang kawan dariku. Kau boleh menganggap ia kawanmu juga maka pasti ia akan sangat senang karenanya. Ya betul, tubuh tergeletak tak bernyawa yang berada disebelah sana itu miliknya.
Kawan kita itu sering berprilaku tak wajar semasa hidupnya. Tapi itu kata orang-orang. Bagi kami, ialah yang paling wajar walaupun kata ‘aneh’ melekat pada dirinya hingga menjadi sebuah kaata yang cukup jelas untuk menggambarkan perangainya. Tapi, percayalah jika ada sebuah pengargaan dengan kategori manusia paling ramah dan sopan sedunia, kawan kita ini pasti jadi juaranya tanpa perlu masuk nominasi. Karena aku yakin betul sebelum kata ‘sopan’ dan ‘ramah’ terbesit dibenakmu, kawan kita itu pasti sudah bertingkah seperti itu. Nyatanya, memang bayak yang mengenalnya seperti itu. Dan, jika kau mau, coba saja kau hitung berapa banyak jumlah teman kawan kita ini lalu bandingkan dengan jumlah teman penguasa asli negri ini yang sudah tentu ia kalah sopan dan kalah ramah dari kawan kita.
Nah disebelah kawan kita itu, yang sedang telungkup tanpa nyawa adalah sahabatku. Silahkan tanyakan hal apapun padanya maka kau pasti akan mendapatkan jawabannya. Paling tidak, jika ia tidak mampu menjawab, pasti ia akan mencari jawabannya bersama dengan mu sampai ketemu. Aku berani bertaruh, jika ia diadu dengan “buku pintar”, pasti sahabatku itu jauh lebih pintar dari si “buku pintar”. Oh, jangan meragukan bualanku teman. Karena kenyataannya, waktu nogbrol ku dan sahabatku itu seringkali terganggu karena ada saja orang yang menyempatkan diri untuk meminta pengetahuan dari sahabatku itu. Tentu saja kau juga harus menghitungku sebagai salah satu dari orang-orang itu. Nah, sekarang giliranku bertanya padamu – jika ingin bukti lebih lagi. Apakah pemimpin negri ini mampu menjawab semua pertanyaan? Jika jawabannya tidak, maka tidak ada gunanya mengganti subjek pertanyaan menjadi dirimu. Haha, kalau begitu pertanyaanku barusan adalah pertanyaan yang bodoh karena percuma saja bertanya jika sudah tahu jawabannya.
Hey, kau mau kemana? Janganlah beranjak! Sudah, simpan dulu niatmu untuk pergi karena aku belum selesai menceritakan semuanya. Yang barusan itu belum ada sebagian dari keseluruhan ceritaku. Sudah, lebih baik kau lihat dulu orang yang terduduk dengan lubang menganga di kepala di ujung sana.
Ya, dia itu teman dekatku. Jangan tanya dia bisa apa karena aku akan menjelaskannya padamu. Kita lihat terlebih dahulu sosoknya yang beringas. Benar, dia itu totalitas dalam bidang kriminalitas. Sebutkan saja jenis-jenisnya dari ‘a’ sampai ‘z’ maka ia pasti sudah mencicipi semuanya. Dan, yang lebih mengherankan lagi, dalam sekian tahun ia melakukan berbagai macam kejahatan, ia hanya keluar masuk penjara dua kali. Jangan salah, ia tidak pernah melakukan hal kotor seperti menyogok atau apapun itu. Ia orang paling bertanggung jawab atas apapun yang ia lakukan.
Aku ingat waktu itu ia pernah berlari keluar masuk kampung. Tentu saja dengan massa yang mengamuk karena barangnya dicuri oleh teman dekatku itu. Namun, yang menjadikan pengalamannya lebih menarik adalah ia sampai harus menginap semalaman disebuah bak sampah besar demi kelangsungan hidupnya (jangan tanya baunya seperti apa karena kau pasti bisa membayangkan sendiri). Ironisnya, tapi, bagi kami ini hal yang amat menggelikan, keesokan harinya, ia mengamuk habis-habisan setelah membaca koran tentang kehidupan yang mewah dalam penjara. Ya, menurutku wajar-wajar saja ia mengamuk dan kami semua tertawa waktu itu karena barang curiannya amat tidak sebanding dengan pencuri yang ada di dalam penjara sana. Bagaimana menurutmu? Apakah benar hal itu wajar? Kali ini aku yakin sekali aku mengetahui jawabanmu.
Tapi, terlepas dari itu, kau harus tau bahwa ia melakukan hal-hal itu bukan untuk dirinya sendiri melainkan orang-orang yang lebih membutuhkan. Ia malah tidak pernah menikmati hasil curiannya. Oh aku hampir lupa mengatakan bahwa kami semua menjulukinya “Robin Hood” walaupun dalam versi yang berbeda tentunya.
Sebenarnya ada beberapa orang lagi yang belum kuceritakan. Tentu saja termasuk diriku sendiri. tapi, aku khawatir waktuku tidak akan cukup untuk menceritakan semuanya.
Jadi, kami semua tinggal di sebuah rumah tua kosong yang sudah porak poranda. Tidak layak untuk ditinggalkan manusia jika boleh dikata. Biarpun kenyataannya seperti itu, kami semua tidak pernah mengeluh tentang rumah yang cukup memberikan kami perasaan bahwa kami berada dirumah.
Kami semua berbagi sengsara disana. Juga sudah pasti kami tidak pernah sungkan membagi suka cita bersama. Tapi, kami bukan orang-orang manja yang tidak merasa menjadi seorang manusia sempurna jika salah seorang dari kami ada yang sedang pergi atau tidak bersama kami. Coba saja kau lihat sekitarmu kawanku yang baik hati. Aku yakin diluar sana banyak yang merasa mandiri namun kenyataannya, tidak pernah berani untuk berdiri sendiri. Jika kau telah melihat faktanya, lalu tanyakan pada dirimu, apakah kau termasuk orang yang seperti itu? Aku yakin jika kau pintar maka kau tidak termasuk. Namun, jika tidak, belajarlah lebih giat maka kau akan pintar karenanya.
Kembali lagi ke cerita kami, maaf sebelumnya jika terkadang aku melenceng jauh dari pokok pembicaraan karena pada dasarnya aku sangat mencintai sebuah obrolan yang merembet kemana-mana. Nah kata-kataku barusan adalah buktinya. Ya, tentang kami. Kami bisa hidup bersama sampai mati pun, juga bersama, bukan karena ada hal-hal yang serupa dari kami. Kami tidak menganggap persamaan adalah bentuk dari persatuan walaupun satu-satunya kesamaan dari kami semua adalah perbedaan yang membentuk jati diri masing-masing dari kami. Ya, katakan saja kami bersama karena berbeda.
Perbedaan yang ku maksud adalah bagaimana kami memandang sebuah kehidupan yang amat sangat indah dari sudut pandang dan pola pikir kami. Sehingga membuat kami semua menyikapi hidup dengan cara yang berbeda-beda. Walaupun, ujung-ujungnya kami semua sama-sama bersyukur karena sempat hidup. Selain itu, bagiku, kehidupan adalah sama seperti wanita. Indah, lembut, dimuliakan tuhan dan penuh enigma. Oya, jangan salah, aku bukan penggila wanita, dan kau harus ingat itu teman.
Perbedaan juga mengambil alih cara kami dalam menghabiskan waktu sehari-hari. Bagiku, aku cukup dengan mengobrol dengan siapapun yang kuinginkan untuk mengobrol bersamaku. Salah seorang dari kami juga ada yang menghabiskan waktu untuk membuat suatu hal yang berguna. Misalnya, membuat sebuah karya apapun itu bentuknya kami semua pasti akan memberikan apresiasi dan ia yang membuat juga tidak akan pelit atau enggan untuk menumpahkan ilmunya pada siapapun yang berkenan memintanya.
Semua kami lakukan sendiri. Semua yang ada disini, kami bangun sendiri. Tentu saja dengan usaha yang bukan mengemis atau mengais-ngais belas kasihan orang lain. Kami berharga diri tinggi asal kau tahu. Karena itu tadi ku bilang kami akan mengamuk jika dibilang pengemis.
Kami semua para pemimpi yang menggantungkan mimpi-mimpi kami amat sangat tinggi. Tentu saja bukan sekedar menjadi konglomerat karena itu adalah mimpi rendahan bagi kami. Kami semua bermimpi untuk menjadi sesuatu hal yang hebat tapi bukan untuk mencari eksistensi. Eksitensi itu akan datang dengan sendirinya tanpa perlu dipikirkan ketika kau telah mencapai mimpimu. Ya, itulah yang telah kami lakukan. Karena, hanya sinting yang meyakini mimpi.
Kami juga para pencari. Pencari surga lebih tepatnya. Karena itu kami berkelana melanglang buana hingga tersasar di alam fana lalu, sampai akhirnya terpisah dari hal-hal nyata dan pindah tempat ke medan imajinasi sampai akhirnya kami lari tunggang langgang karena kepentok masalah yang timbul akibat iri hati dan dengki si orang-orang yang merasa tidak senang karena dihinggapi kami.
Mereka itu orang-orang milik penguasa sebenarnya. Yang terlalu egois dan maunya menang sendiri sehingga mengirimkan orang-orang suruhan mereka untuk mendatangi kami dengan cara yang amat sangat tidak sopan. Bayangkan saja, mereka memukuli kami satu persatu sementara mereka berbadan kekar dengan borgol resmi dan mainan-mainan mengerikan yang digunakan untuk menyiksa kami semua. Oh, kami telah diperlakukan lebih hina dari binatang. Lebih keji dari fitnah-fitnah orang yahudi terhadap nazi. Lebih menyakitkan dari pembantaian yang dilakukan Genghis khan.
Namun, mau bagaimanapun hal ini sangat melegakan bagi kami. Benar-benar terasa seperti surga karena kami akhirnya menemukan yang kami cari disini. Yaitu akhir dari cerita kami. Soal kehebatanku, aku yakin pikiran sekarat milik pemimpin negri ini tidak akan banyak berkata apa-apa ketika ia sekarat nanti. Jika nanti benar begitu, maka kau akan setuju bahwa aku lebih hebat dari pemimpin negri ini sebab inilah pikiran dari diriku yang sedang sekarat. Masih sanggup menceritakan banyak hal padamu. Benar bukan begitu kawan?
Sekarang, kita kembali ke pertanyaan pertama karena aku sangat lelah dan ingin cepat-cepat beristirahat. Bagi mereka, neraka itu ada disini. Karena itu mereka menghancurkan tempat ini dan membuatnya serupa seperti neraka.
Lalu, kata siapa surga itu ada disini?
Kataku. Akulah yang tadi berkata bahwa surga itu ada disini. Dan, teman-temanku juga berkata hal yang sama. Maka, bagi kami, “Surga itu ada disini.” Lalu, bagaimana denganmu kawan? Apakah kau berkata hal yang serupa sehingga kalimatnya berubah menjadi, kita berkata bahwa surga itu ada disni. Jika kau mau maka benar bahwa neraka itu ada disurga.
“Untuk Median Rahadi, Wisnu ‘Wizard’, Rizal Nuralpha, Bang Mahe ‘Der Fuhrer’, RP, Budi dan semua Teman saya.”